selamat datang

selamat berkunjung di blog saya....
apabila anda mendapatkan yang anda cari ya Alhamdulillah.... tapi apabila tidak, mungkin di lain kesempatan... yang jelas "NO SMOKING AREA".... ^^

Laman

Jumat, 26 Oktober 2012

Malu Bertanya Sesat Di Jalan


Masih bingun pengen nulis apa… dari pada buang buang waktu buat searching yang gak jelas mending saya cerita tentang silaturahmi kemarin lagi ya… bukan tentang silaturahmi nya tapi tentang kelucuannya…

Petualangan saya di magelang, pengalaman asyik tapi juga menjengkelkan sih. Pertama kali pergi ke magelang, sendiriah lagi. Hanya Berbekal alamat dan nonton google map sekian menit.

Berangkat dari rumah pukul 8.04 wib. Dengan sok tahunya saya langsung geber motor. Berangkat dari pengasih ke arah nanggulan. Terus menyusuri jalan alternative dan sampai juga di jalan magelang.
Masih lanjut perjalanan melintasi jalan magelang-jogja. Selap selip motor, mobil, truk… mrip valentino rossi pas di Moto GP lah… haha…. Maksudnya sih supaya cepet sampai.

Nah ini pengalaman aneh nya, “nyasar”…  ya itu masalahnya. Dengan sok tahunya saya ngambil arah kiri pas di pertigaan arah candi borobudur. Nyasar deh ceritanya, dalam keadaan yang belum sadar dan masih sok tau… saya geber terus motor dan pada akhirnya saya sampai di rumah dinas bupati magelang. Dari situlah kejanggalan baru ter rasa… akhirnya saya sms teman dan ternyata nyasar. Harus puter balik deh, mending kalau deket 7-8 km an lah dari jalan raya magelang.

Setelah 15 menitan akhirnya sampai juga di jalan magelang. Berhubung ngak tau daerah situ saya langsung aja geber motor menyusuri jalan magelang. Dan dengan sok tahunya lagi saya selap-selip kiri kanan sampai- sampai saya ada di kota magelang, masih terus lagi sampai alun-alun magelang, masih lanjut lagi lewat jalan arah semarang. Sampai-sampai saya ada di perbatasan magelang. Tau dari gerbang yang bertuliskan sampai jumpa lagi…

Makin pusing deh kepala, nyasar kok bolak balik ya? Karena saking bingungnya, teman sampai sms dan telfon berulang-ulang.  Dan dengan kesepakatan kami pun janjian, akhirnya kami ketemuan  di alun-alun magelang. Puter balik lagi deh ber kilokilo meter. Setelah nunggu 10 menitan saya pun di jemput.
Awalnya sih bingung, tapi lebih binggung lagi kenapa saya di arahkan balik lagi ke arah selatan. Sambil ngikuti teman geleng-geleng kepala, ohhh…. Ternyata nyasar nya jauh banget. Akibat sok tau sih… maklum jiwa anak muda…

Yang lebih bikin kaget itu ternyata rumah taman saya di daerah per tigaan arah Borobudur tadi . tempat dimana saya pertama kali nyasar. Hanya beberapa ratus meter dari TKP… jengkel-jengkel lucu lah, harusnya sudah sampai ehh…. Malah lanjut terus..

Dengan masih terkaget-kaget kepikiran juga, kenapa tadi gak nanya orang sih??? Penyesalan yang terlambat.

Dan terbukti juga pelajaran bahasa Indonesia. “malu bertanya sesat di jalan”. Malah jadi bahan tertawaan deh saya, perjalanan yang harusnya bisa ditempuh 1.5 jam jadi 2.5 jam… berapa kilo meter tadi nyasarnya? Puluhan km kayaknya ya?...  hahaa…. Memang pengalaman itu mahal harganya…

Jadi kesimpulannya adalah lebih baik bertanya dari pada nyasar….. upzzz “Malu bertanya sesat di jalan”


Selasa, 23 Oktober 2012

Sambutan hangat dari dinginnya lereng merapi.


Entah apa yang ada di pikiran saya sehingga terciptalah judul yang seperti itu. Berawal dari pengalaman pribadi saya sendiri, saat silaturahmi ke rumah teman. Tepatnya di dusun Kenayan, Banyuroto, Sawangan, Magelang. Daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Memanfaatkan berkah dari lereng merapi.

Awalnya sihh, sama saja dengan desa lainnya. Teneng, sejuk, indah… tempat agrowisata yang sesungguhnya lah. Pemandangan ladang-ladang sayuran, serta buah seperti strawberry.

Dan pada saat kami akan menjalankan ibadah sholat ada beberapa orang lewat masjid, merka pun berkata “pinarak mas…..” (bahasa jawa) yang kurang lebih berarti “mari mampir ke rumah kami, mas…..”. dengan spontan kami pun menjawap “nggih pak…. Nggih bu….” (ya pak… ya bu…). Masih terlihat biasa sih… keramahan yang biasa ditunjukan orang jawa. 

Yang memebuat terkejut itu, setiap orang yang berpapasan dengan kami selalu berbicara seperti itu. Bahkan ada ibu-ibu yang bilang seperti itu, padahal diatas kepala beliau pun sedang membawa ikatan besar pohon jagung dari sawah.

Sebuah pemandangan langka di kota-kota besar . jangankan saat bekerja, orang yang sama-sama seperusahaan saja tidak pernah menyapa.

Keramah tamahan khas yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Jika orang yang tidak kenal saja bisa berbuat ramah mengapa kita tidak bisa. Salah satu hal yang paling mudah dan pasti akan menghadairkan ketentraman bermasyarakat.



Belajar dari lereng merapi, sebuah hal kecil pun akan terasa besar apabila ikhlas melakukannya. Senyum, sapa, salam…. Sebah perinsip yang saya dapatkan dari perusahaan yang mungkin malah akan lebih saya praktekkan di masyarakat.  






Realita Nasionalisme abad ini.....

Katanya rasa Nasionalisme warga Negara Indonesia turun?

 Miris sih lihat kondisi yang kaya gini, apakah benar kalau Rasa nasionalisme setiap warga Negara ini telah menurun?. Terus kalau bener menurun, apa sih penyebabnya?. Dan apa sih yang harusnya kita lakukan? Waaah malah jadi banyak pertanyaan ya??? Bahas satu persatu saja lah. Rasa nasionalisme menuru ya?. Sebetulnya dapat dilihat juga sih… anak muda sekarang pun banyak yang sudah tidak mengenal history dari negaranya sendiri. Dari sejarah peradaban bahkan hal terkecil seperti lagu nasional pun ada yang tidak tau. Kalau ada yang bertanaya:

 “kamu tau nggak lagu garuda panca sila???”

 “tau……” “bisa tolong nyanyikan???”
 “garuda pancasila……………….@#$%^&*()”
 “nah……. Lhoh…….!!!”

 Atau:

 Pas ada di upacara kemerdekaan, pesertanya pada sibuk main facebook atau twitter. Update status lah, coment-coment an lah, RTweet lah, dan blabalabla nya…..

 “lagi upacara nih cyint…. Puanas yak…..”
 12 like . 23 komentar

 Sepele sih ya sepertinya , tapi kalau ini berkelanjutan bukankah kan menjadi penyakit yang kurang baik dan bahkan mampu mengganggu jalannyana pemerinthan.

 Terus kira-kira apa ya yang menyebabkan hal ini terjadi. Yang pertama teknologi, smakin majunya teknologi dewasa ini memang mempunyai dampak yang sangat besar. Teknologi memang tidak bisa ditolak perkembangannya akan tetapi setidaknya masih bisa dipilih dan dipilah sesuai kebutuhan. Yang kedua dan yang pasti, masyarakat kurang dan bahkan banyak yang tidak percaya dengan lajunya pemerintahan di negeri kita ini.

 Dari para pemimpinnya yang sibuk memperkaya dirinya sendiri bahkan banyak pula yang sibuk korupsi demi balas budi pada partainaya. Masyarakat kecil pun rela menukar hak suaranya pada pemilu dengan uang sebesar Rp.xxxxx. mengapa ini terjadi? Mahalnya kebutuhan hidup membuat hal ini terjadi. Masyarakat sudah bosan dngan janji janji para politikus. Tapi masyarakat lebih butuh bukti, nah hal ini lah yang akhirnya mengilhami terciptanya “money politic”.

 Jadi sekarang tinggal pinter pinteran saja lah mau yang dampaknya jangka panjang atau pun yang manis di depan pahit dibelakangnya. Soooo…. Kesimpulannya. Wajar lah kalau nasionalisme warga Negara ini menurun.

Nah yang jadi PR itu bagaimana cara menumbuhkan kembali rasa nasionalisme. Dari hal ter kecil seperti tertib dalam upacara serta membangun bangsa dan Negara ini dengan cara yang baik. No money politic memberikan harapan yang lebih baik dari pemerintahan Indonesia di masa mendatang.

Positif thinking akan membaiknya pemerintahan dimasa mendatang itu “wajib”.

 -har-

Minggu, 21 Oktober 2012

Bersih-bersih yuuk......

Sampah lagi… sampah lagi… Males sih ngomongin sampah, tapi kalau bukan kita yang berbuat siapa lagi. Sebuah hal kecil puan akan mempuyai dampak yang besar apabila didiamkan saja. Buktinya yang pasti ya... ibu kota Jakarta yang tiap tahunnya selalu terrendam air. Alasan nya sih, “ini banjir musiman”. Musiman dari mana coba? Emang dari dulunya Jakarta setiap tahun banjir? Mikir keras lah kalau di bilan banjir tahunan….@#$%^& Semua kan ada sebab dan akibatnya. Karena kebiasaan buruk maka dampak buruk pun terjadi. Dari hal sepele lah semua ini terjadi. “buang sampah sembarangan”, nahh…. Ini lah sebenarnya awal dari masalahnya. Kebiasaan sepele warga ibu kota yang kayaknya sulit dihilangkan. Sudah tau wilayahnya tiap hujan pasti banjir, ehh masih saja buang sampah sembarangan. Kalau diingatkan malah mengelak dan dianggap sok menasehati. Serba salah sih jadinya, Terus apa ya yang seharusnya kita lakukan???. Mungkin dari membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Dari hal kecil ini mari kita ajak masyarakat berbudaya bersih. Budaya bersih tidak ada yang dirugikan kok, malah banyak manfaat yang ditimbulkan. Selain dari segi kesehatan dari segi rohani pun akan menimbulkan dampak positif. Terus….. apa yang dipikirkan lagi? Mari kita biasakan buang sampah pada tempatnya. Dimulai dari kebiasan kecil lama kelamaan akan menjadi Budaya yang besar. Dari hanya sekedar membuang bungkus snack ke tong sampah, sampai berswadaya membersihkan lingkungan. Kalau bukan dimulai dari diri sendiri, siapa lagi??

Mencintai Produk Dalam Negeri

Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia didominasi produk-produk import. Bahkan produk buatan anak bangsa hanya menjadi anak tiri di rumah sendiri. Kok baisa ya?? Dari barang-barang kebutuhan primer sampai buah dan sayur yang seharusnya sangat melimpah di seantero Indonesia. Sebenarnya sih banyak alasan mengapa semua ini terjadi. Pasar global mungkin salah satu penyebabnya. Selain itu tren dan gaya hidup juga sangat berpengaruh. Serta yang pasti yaitu “masyarakat merasa diuntungkan karena membeli produk lmport”. Apa sih keuntungan membeli produk import? Murah…. Ya, mungkin itu salah satu alasannya. Misal harga mainan-mainan yang barasal dari negeri tirai bambu. Ditawarkan dengan harga terjangkau dan model yang barmacam-macam. Tentunya menjadi salah satu magnet terbesar bagi anak-anak dan ibu rumah tangga. Alasan lain biasanya muncul dari trend dan gaya hidup. Masyarakat Indonesia itu sangat suka dengan yang “waahh, wooww, dan berbeda dengan orang lain”. Budaya latah ini yang membuat serbuan produk produk luar negeri menjamur. Bahkan buah dan sayuran pun didatangkan dari luar negeri. Dengan waktu pengiriman yang tidak dapat dibilang cepat, serta membutuhkan proses distribusi pula sehingga sampai pada konsumen. Heran sih harusnya…. Indonesia yang notabenya adalah Negara agararis malah mengimport beras serta kedelai. Dimana petani negeri ini??? Petani lokal seperti menghilang di antara gempuran produk import. Apel malang kalah dengan apel US yang merah dan besar-besar. Jeruk yang didominasi jeruk-jeruk berbungkus plastik berlebel mandarin. Terus kalau begini apa yang seharusnya kita lakukan? Belajar mencintai produk dalam negeri, itu salah satu hal yang mungkin dapat kita lakukan. Walau pun kelihatan nya gampang tapi…. Tidak mudah melakukannya. Membiasakan diri mengembangkan potensi negeri sendiri tentunya tadak merugikan. Bahkan kita sendirilah yang lama kelamaan akan menikmatinya. Semoga dengan menggunakan produk dalam negeri Indonesia menjadi lebih maju.